Hari rabu pak!

06.47 Edit This 0 Comments »
udara sudah mulai panas. kami semua sudah mulai lelah. tetapi hari itu adalah hari yang tidak bisa dilupakan karena ada kejadian yang sangat menarik. kali ini menimpah teman saya yang bernama Rohmanudin atau lebih dikenal dengan sebutan Ambon.
waktu itu pelajaran IPS dan pak Roikhan sedang menerangkan tentang hari pahlawan. beliau berkata. "Anak-anakTanggal 10 November kita akan memperingati hari besar negara kita. ayo hari itu hari apa? siapa yang tahu ". kami semua diam dan memasang posisi sok faham dengan duduk tegak dan pandangan lurus ke depan melihat papa tulis. maklum  pak Roikhan dulu adalah guru yang "ditakuti" Anak-anak.
terlihat jelas bahwa temanku satu ini tidak bisa Akting. Ambon grogi, pak Roikhan menunjuknya "Udin ayo hari apa? " semuanya diam dan melihat Ambon semua. Ambon kemudian mikir tapi seisi kelas heran termasuk pak Roikhan karena melihat Ambon alias udin sedang menghitung dengan jarinya dan kami semua masih sadar Ini bukan pelajaran Matematian ef Matematika.
Suara itupun muncul dengan lantang " Hari rabu pak". udin menjawabnya dengan tersenyum tanpa ragu sama sekali. kelas kami meledak seakan ada dinamit 100 Kg meledak. semuanya tertawa. Sambil tertawa  pak Roikhan berkata " gak salah din benar " kemudian meneruskan tertawanya. perlu diketahui 10 November pada saat itu tinggal beberapa saat lagi dan Udin alias ambon menghitungnya jadi ketemu hari rabu. kali ini tidak seperti biasa dan memecahkan rekor kelas kami. biasanya tidak ada ampun bagi siswa yang jawabanya ngawur. tidak ada hukuman tetapi digantikan dengan tawa yang tidak bisa berhenti. bahkan sampai sekarang kalau saya mengingatnya masih senyum-senyum  sendiri.

Akhirnya monyet itu datang

19.54 Edit This 0 Comments »
Sore itu sekitar jam setengah dua kufa menghampiri kami yang sedang berjalan ke luar kelas kemudian memanggil " fikin ada titipan dari fatin" secarik kertas disodorkan kepada fikin sambil berlari kemudian tersenyum. "apan ini" tanya fikin " baca aja sendiri" . kemudian kertas itu dimasukan ke bajunya. aku memperhatikan temanku ini, ia tersenyum membuat aku tak tahan ingin mengetahui isi surat tersebut.

Namanya Nadlifatin Nurul Iflakhah ia anak yang paling cantik dikelas kami. dan aku tahu Monyet-monyet telah mendatangi kami dengan membawa rasa aneh yang belum bisa kami pahami. pada saat itu usia kami baru 10 tahun dan duduk di kelas empat. untuk pertama kalinya monyet itu membuat fatin dan fikin berani membuat janji bertemu di persawahan dengan alasan belajar.

hari minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu. fikin mengajak teman dekatnya Turkhan, Agus, dan aku. sedangkan fatin mengajak temanya juga indar, Lilik dan kufa. karena aku ingin terlihat ganteng sedikit saya coba memakai celana panjang tapi ketika ketahuan emak aku dimarahi maklum aku anak yang kempro takut pakainya kotor sehingga aku memakai celana pendek untuk bermain-main saja walaupun temanku semuanya memakai celana panjang.

kami berangkat dengan perasaan berdebar bercampur senang kami menuju tempat janjian dengan bernyanyi lagu malaysia (saat itu lagu malaysia populer) Matahari pagi yang menghangatkan dan suara burung berkicau membuat suasana semakin mengairahkan. akhirnya setelah melewati tanaman jagung kami sampai di tempat janjian tetapi fatin dan teman-temannya tidak ada. dimanakah mereka.

Kami menunggu dan terus menunggu sambil bertengger di pohon mangga. aku masih bisa merasakan kecemasan dalam diri temanku yang satu ini. kemudian Aku melihat dari kejauhan mereka memanggil-manggil dari belakang rumahnya fatin. kemudian kami menuju mereka.

tetapi berita adanya janjian kemarin sudah terdengar ke telinga teman-teman yang lain mereka kemudian datang bergerombol dan meneriaki kami dari kejauhan ada yang berteriak lantang " hayoo pacaran tak bilangin bapakne lho". aku tau itu adalah suara Adak kakak kelasku kemudian yang lain juga ikut meneriaki kami dengan berbagai kata yang memojokkan kami. sontak kami semburat loncat dari
pohon mangga menuju lebatnya tanaman jagung. tubuh kecil kami menusuri lebatnya
sawah yang ditanami jagung . dan ketika kami sampai di pinggir kami selalu ketahuan. dan diteriaki
kami berlari mereka mengejar dan terus seperti itu hingga kami bisa meloloskan diri. Dengan perasan jengkel dan putus asa aku nngeloyor pergi tetapi teman-temank tidak membolehkan , dan akhirnya aku mengalah dan mengikuti mereka..

kami semua menuju sawahnya fatin. layaknya anak kecil kami bernyayi riang dan selalu mendendangkan lagu yang sama yaitu lagu yang berjudul cinta itu buta. lagu yang selalu di putar di televisi dan radio-radio indonesia. aku juga ingat mbak fitri yang sudah duduk dikelas satu tsanawiyah juga sering menyayikan lagu itu.

kami kemudian duduk di pematang sawah dekat dengan pohon pisang. dan saya mulai berbasa basi "eh.. katanya sinau. Sinau apa." Indar kemudian menjawab "ya pelajaran sekolah lho ,ini bukunya". Indar membawa banyak buku aku kemudian mengambil buku yang bercover coklat. Buku itu adalah buku IPA. Kami kemudian membaca buku yang sudah disediakan teman-teman putri kami. Kami sangat senang ada rasa yang beda kemudian kami saling mencari perhatian,saling pandang pandangan kemudian tersenyum Ah apakah benar monyet-monyet telah mempengaruhi kami, Yang jelas melihat mereka berbicara kami serius memperhatikan, kami membuat lelucon mereka tertawa kami semakin senang. ataukah itu sifat alami manusia yang ingin selalu diperhatikan adakah pengaruh psikologis yang berhubungan dengan gender disini. Saat itu aku belum bisa memahami.

Besoknya sekolah gempar. Semua teman-teman saya mengolok-olok kami katanya kami pacaran. Kami hanya diam kenyatanya fikin dan fatin memang sama –sama suka aku mungkin juga suka layaknya sukanya monyet pada pisang-pisang.

Akhirnya semuanya meniru kami untuk belajar kelompok dengan teman perempuan. Ada yang buat kelompok sendiri yang saat itu dilaksanakan dirumahnya titis dan ada yang gabung sama kelompok kami. Dirumahnya fatin.. Sampai sekarng aku masih ingat dan membanggakan mereka fatin yang cantik yang punya rambut panjang lurus nan bagus, kecerdasannya indar, keanggunannya lilik dan keluesanya kufa. Ah teman, kita sekarang dijalan yang berbeda masihkah kalian mengingat masa indah itu.